Teori Jalur Sasaran



Teori Jalur Sasaran. Dewasa ini, salah satu pendekatan kepemimpinan yang paling disegani adalah teori jalur-sasaran (part-goal theory). Dikembangkan oleh Robert House, teori jalur-sasaran merupakan model kontijensi kepemimpinan yang meringkas unsur-unsur utama dari penelitian kepemimpinan Ohio mengenai struktur awal dan pertimbangan serta teori pengharapan pada motivasi. (h.448)

Hakikat teori jalur sasaran adalah bahwa merupakan tugas pemimpin untuk membantu pengikutnya mencapai sasaran mereka dan untuk memberikan pengarahan dan/atau dukungan yang perlu guna memastikan sasaran mereka sesuai dengan sasaran keseluruhan kelompok atau organisasi. Istilah jalur sasaran diturunkan dari keyakinan bahwa pemimpin yang efektif membersihkan jalur untuk membantu pengikut mereka berangkat dari tempat awal mereka berada menuju pencapaian sasaran kerja mereka dan membantu melakukan perjalanan sepanjang jalur itu secara lebih mudah dengan mengurangi hambatan dan perangkap. (h.448)

House mengidentifikasi empat perilaku kepemimpinan. Pemimpin direktif memberi kesempatan pengikutnya mengetahui apa yang diharapkan dari mereka, menjadualkan pekerjaan yang akan dilakukan dan memberikan pedoman yang spesifik mengenai cara menyelesaikan tugas. Pemimpin suportif ramah dan menunjukkan perhatian akan kebutuhan para pengikut. Pemimpin partisipatif berkonsultasi dengan bawahan dan menggunakan saran mereka sebelum mengambil keputusan. Pemimpin berorientasi prestasi menetapkan serangkaian sasaran yang menantang dan mengharapkan bawahan untuk berprestasi pada tingkat tertinggi mereka. Berlawanan dengan bahwa pemimpin yang sama dapat menampakkan setiap atau semua perilaku ini tergantung pada situasi. (h.448-449)

Teori jalur sasaran mengemukakan dua kelas variabel situasi atau kontijensi yang melunakkan hubungan perilaku kepemimpinan hasil variabel-variabel dalam lingkungan yang berada di luar kendali bawahan (struktur tugas, sistem wewenang formal, dan kelompok kerja) dan variabel yang merupakan bagian dari karakteristik pribadi bawhaan (lokus kendali, pengalaman, dan kemampuan pemahanan). Faktor-faktor lingkungan menentukan tipe perilaku pemimpin yang disyaratkan sebagai pelengkap agar keluaran bawahan maksimal; sementara karakteristik pribadi bawahan menentukan cara menafsirkan lingkungan dan perilaku pemimpin itu. Oleh karena itu teori tersebut mengemukakan bahwa perilaku pemimpin akan tidak efektif bila berlebih karena sama dengan sumber-sumber struktur lingkungan atau tidak sebangun dengan karakteristk bawahan. Sebagai contoh, berikut ini adalah beberapa ilustrasi tentang perkiraan yang didasarkan pada teori jalur sasaran:
• Kepemimpinan direktif menghasilkan kepuasan yang lebih besar bila tugas-tugas bersifat ambigu atau penuh tekanan daripada bila tugas-tugas sangat terstruktur dan tertata dengan baik.
• Kepemimpinan suportif menghasilkan kinerja dan kepuasan karyawan yang tinggi bila bawahan mengerjakan tugas yang terstruktur.
• Kepemimpinan direktif cenderung diperspsikan sebagai berlebihan jika bawahannya memiliki kemampuan pemahaman yang tinggi atau pengalaman yang cukup banyak.
• Bawahan yang memiliki lokus kendali internal (mereka yang yakin dapat mengendalikan nasibnya sendiri) akan lebih puas atas gaya partisipatif.
• Kepemimpinan yang berorientasi prestasi akan meningkatkan pengharapan bawahan bahwa upaya akan menghasilkan kinerja yang tinggi bila tugas-tugas itu ambigu strukturnya. (h.449)

Bukti penelitian umumnya mendukung logika yang mendasari teori jalur sasaran. Artinya terdapat kecenderungan bahwa kinerja dan kepuasan karyawan terpengaruh secara positif bila pemimpin itu mengimbangi hal-hal yang kurang dalam diri karyawan atau dalam situasi kerja. Tetapi, pemimpin yang menghabiskan waktu untuk menjelaskan tugas-tugas bila tugas-tugas itu sudah jelas atau bila karyawan itu mempunyai kemampuan dan pengalaman untuk menanganinya tanpa gangguan, kemungkinan besar akan tidak efektif karena karyawan itu melihat perilaku direktif semacam itu sebagai berlebihan atau bahkan menghina. (h.449-450)

Model Partisipasi Pemimpin

Victor Vroom dan Philip Yetton mengembangkan model partisipasi pemimpin yang menghubungakan perilaku kepemimpinan dan partisipasi dalam pengambilan keputusan. Mengenali bahwa strutur-sturtur tugas mempunyai tuntutan yang berubah-ubah untuk kegiatan rutin dan non-rutin, para peneliti ini berpendapat bahwa perilaku kepemimpinan harus menyesuaikan diri agar dapat mencerminkan struktur tugas. Model Vroom dan Yetton bersifat normatif—model itu memberikan seperangkat urutan aturan yang seharusnya diikuti dalam rangka menentukan ragam dan banyaknya partisipasi yang diinginkan dalam pengambilan keputusan, sebagaimana ditentukan oleh jenis situasi yang berjalan. Model itu merupakan pohon keputusan rumit yang merangkum tujuh kontijensi (yang relevansinya dapat diidentifikasi dengan membuat pilihan “ya” dan “tidak”) dan lima gaya kepemimpinan alternatif. (h.450)

Karya yang lebih baru dari Vromm dan Arthur Jago menghasilkan revisi atas model ini. Model yang baru ini mempertahankan lima gaya kepemimpinan alternatif—mulai dari pemimpin yang berbagi masalah dengan kelompok dan menyusun keputusan konsensus—namun menambahkan seperangkat jenis masalah dan memperluas variabel kontijensi menjadi 12. (h.450)


1. Pentingnya keputusan
2. Pentingnya pencapaian komitmen pengikut terhadap keputusan
3. Apakah pemimpin mempunyai informasi yang cukup sehingga mampu membuat keputusan yang baik
4. Seberapa baik struktur masalah yang ada
5. Apakah keputusan otokratik akan mendapatkan komitmen pengikut
6. Apakah pengikut mempercayai sasaran organisasi
7. Apakah terdapat kemungkinan konflik di antara para pengikut terhadap alternatif-alternatif solusi.
8. Apakah para pengikut mempunyai informasi yang cukup sehingga mampu membuat keputusan yang baik.
9. Keterbatasan-keterbatasan waktu pemimpin yang mungkin membatasi keterlibatan pengikut
10. Apakah biaya untuk menyatukan para anggota yang secara geografis tersebar itu layak.
11. Pentingnya pemimpin meminimalkan waktu yang diperlukan untuk membuat keputusan.
12. Pentingnya penggunaan partisipasi sebagai alat untuk membangun keterampilan keputusan pengikut. (h.450)

Riset yang mengkaji model partisipasi pemimpin baik yang orsinil maupun yang direvisi sangat membesarkan hati. Kritikan cenderung terfokus pada variabel-variabel yang dibaikan dan pada keseluruhan kerumitan model itu. Teori-teori kontijensi lain menunjukkan bahwa stress, intelegensia, dan pengalaman merupakan variabel-variabel situasi yang penting, sekurang-kurangnya dari sudut pandang praktis, dan merupakan kenyataan bahwa model itu terlalu rumit bagi manajer pada umumnya untuk menggunakan pada basis regular. Meski Vroom dan Jago telah mengembangkan program komputer untuk memandu manajer melalui semua cabang keputusan dalam model yang direvisi, sangat tidak realistic untuk mengharapkan para manajer yang berpraktik untuk mempertimbangkan dalam upaya menyeleksi proses keputusan yang tepat bagi masalah spesifik. (h.451)

Jelas kita tidak berlaku adil terhadap kecanggihan model dalam pembahasan ini. Lalu apa yang dapat kita peroleh dari tinjauan singkat ini? Wawasan tambahan atas variabel kontijensi yang relevan. Vroom dan rekan-rekannya telah memberikan kita beberapa variabel kontijensi yang spesifik yang didukung secara empiris yang hendaknya Anda pertimbangkan ketika memilih gaya kepemimpinan Anda. (h.451)

Stephen P. Robbins, 2008, Perilaku Organisasi – Edisi Kesepuluh. Jakarta: PT. Indeks.

0 Komentar untuk " Teori Jalur Sasaran "